Ilmu Purchasing: Strategi Meraih Cost Saving Melalui Proses Procurement yang Efisien Dan
Efektif
Oleh: Ir. Berty Argiyantari, M.M.
| Senior Consultant at Supply
Chain Indonesia
Menurut survey yang dilakukan
oleh Bain & Company disebutkan bahwa biaya pengadaan barang/jasa yang
dikeluarkan oleh bagian Procurement mencapai 25 % – 60 % dari total biaya
perusahaan, tergantung jenis industrinya. Suatu jumlah yang fantastis tentunya,
yang mengisyaratkan agar Procurement perlu dikelola secara komprehensif agar
bisa mendapatkan penghematan yang optimal. Fungsi Procurement harus sejalan
dengan strategi bisnis perusahaan dan
bisa menyelaraskan antara kebutuhan organisasi dan kemampuan pasar untuk
memasok barang.
Proses Procurement yang baik
tidak hanya fokus kepada harga yang murah, namun harus bisa menghasilkan value
dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu biaya, kualitas dan ketepatan
waktu pengiriman (lihat gambar 1) agar tujuan Procurement yang efektif dan
efisien bisa diwujudkan. Efisien, dalam hal ini berarti pengadaan barang/jasa
berlandaskan Q – C – D (Quality, Cost dan Delivery) yang dilakukan dengan
menggunakan biaya dan sumber daya yang
minimal untuk mencapai sasaran yang optimal dalam waktu yang singkat. Sedangkan
efektif, berarti pengadaan barang/jasa dikelola sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang optimal kepada pengguna
barang/jasa.
Ada 3 elemen yang harus dilakukan
untuk mendukung tercapainya proses Procurement yang efektif dan efisien yaitu:
1. Responsiveness yaitu respon yang cepat
dalam memenuhi permintaan. Tak dapat dipungkiri bahwa dengan dinamisnya
permintaan pelanggan, seringkali berdampak pada kebutuhan mendesak dengan tenggat
waktu yang singkat dan adanya perubahan permintaan yang harus disikapi oleh
bagian Procurement dengan sigap agar tidak terjadi keluhan pelanggan.
2. Leaness yaitu mengeliminasi pemborosan
dalam proses Procurement. Sering tak disadari bahwa dalam proses mulai dari
analisa kebutuhan sampai dengan kedatangan barang, banyak pemborosan-pemborosan
yang timbul pada proses. Seperti misalnya antri menunggu dokumen, pekerjaan
administrasi yang dilakukan berulang-ulang, dll.
3. Agility yaitu kegesitan dan kelincahan
dalam mencapai struktur biaya yang optimum.
Elemen Procurement |
Gambar 1. Elemen
untuk mencapai Procurement yang efektif dan efisien
Tolok ukur keberhasilan
Procurement bisa diukur dengan 5 kriteria, yang dikenal dengan 5 T yaitu dapat
menyediakan barang yang dibutuhkan secara tepat kualitas, tepat harga, tepat
waktu, tepat layanan dan tepat jumlah. Kelima kriteria tersebut saling terkait
satu sama lainnya.
Sesuai dengan fungsinya yaitu
berkontribusi dalam menghasilkan value, maka untuk mendapatkan cost saving yang
optimal, proses Procurement perlu dibedah secara lebih mendalam. Seringkali
kita terjebak dengan perkerjaan administratif dan taktikal sehingga mengabaikan
proses yang strategis akibatnya cost saving sulit diraih. Untuk itu, kita perlu melihat proses Procurement
secara holistik dan end to end dengan penekanan masing-masing bagian sesuai dengan lingkupnya. Proses
Procurement dalam hal ini dibagi menjadi 2 loop, yaitu Strategic Sourcing di
areaupstream dan Operational Procurement di area downstream. Pada aktivitas
upstream, proses Procurement dilakukan sebelum kontrak dibuat dan disetujui
dengan menitikberatkan pada creating value, sementara pada bagian downstream
lebih menitik beratkan pada capturing value yang memastikan segala sesuatu
terkait dengan pesanan bisa berjalan sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Strategic Sourcing pada aktivitas
upstream yang dimulai dari analisa kebutuhan sampai dengan membuat kontrak
adalah sebuah proses seleksi vendor
secara sistematis yang berdasarkan pada data dan fakta untuk mendapatkan produk
dan vendor terbaik guna mengoptimalkan rantai pasokan dan meningkatkan value
proposition perusahaan secara keseluruhan. Pendekatan yang dilakukan pada best
in class sourcing adalah dengan fokus kepada total cost of ownership melalui
kolaborasi dan membangun kemitraan dengan vendor yang mengedepankan kebutuhan pelanggan dan tujuan
organisasi.
Cogs Ketika vendor terbaik
dipilih maka persyaratan pelayanan dan kualitas yang harus diberikan oleh
vendor dituangkan dalam sebuah kontrak. Setelah itu kegiatan Procurement
dilanjutkan oleh proses Operational
Procurement yang mengelola proses secara day to day dengan melakukan pembuatan
Surat Pesanan atau Purchase Order, pemantauan terhadap ketepatan kedatangan,
ketepatan pembayaran dan memastikan kesesuaian terhadap kontrak serta
menjaga transaksi berjalan secara
efisien dan efektif. Setiap tahapan dalam loop ini berjalan secara teratur dan
sistematis.
Proses Procurement |
Gambar 2. Proses
Procurement
Ada yang berpendapat bahwa dalam
proses Procurement ini, Strategic Sourcing adalah bagian yang lebih penting
dibanding proses Operational Procurement. Pendapat ini berasumsi karena
Strategic Sourcing dapat memberikan penghematan
kepada perusahaan melalui negosiasi yang dilakukan sedangkan Operational
Procurement lebih bersifat administratif yang minim kontribusinya terhadap
penghematan secara rupiah. Tentu saja pendapat ini tidak benar. Input dari
bagian downstream kepada bagian upstream
sangat membantu agar vendor yang dipilih merupakan vendor dengan kinerja
terbaik dan produk yang dibeli memiliki kualitas prima. Masing-masing
berkontribusi sesuai dengan fungsinya dan kedua bagian ini sama pentingnya dan
saling terkait. Untuk mendapatkan kinerja Procurement yang optimal maka kedua
bagian ini harus saling berpartisipasi, selaras dan bersinergi.
Sebaik apapun kinerja yang
dikelola oleh bagian Operational Procurement, bila tidak didukung oleh
pemilihan vendor yang handal, maka tidak akan berakhir sia-sia. Demikian juga,
walaupun vendor yang telah dipilih sudah memenuhi kriteria, namun jika tidak
dilakukan pemantauan kinerja dalam proses hariannya dan juga tidak ada umpan
baliknya maka kinerja vendor akan tidak optimal.
Sign up here with your email